Sampah Plastik Perusak Jitu Ekosistem



SAMPAH PLASTIK SI SAMPAH KOMERSIL

http://sinarharapan.net/2018/08/
kerja-sama-dalam-pengolahan-sampah/
Sampah kerap kali menjadi permasalahan yang seolah-olah tak berujung dan tak bersolusi. Namun, memang seperti itulah keadaan yang ada. Dari beragam jenis sampah yang ada, jenis sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang sulit diuraikan, namun dapat memberikan dampak komersil bagi masyarakat.

Plastik merupakan produk serbaguna, ringan, tahan kelembaban, kuat, fleksibel, dan harganya relatif murah. Oleh karena itu, penggunaaan plastik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Namun, efektifitas dari produk plastik membuat manusia terbuai untuk terus mengonsumsinya dan melibatkan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Namun karena sulitnya pengolahan plastik dan tidak dilakukan dengan benar, maka plastik dapat menjadi sampah yang terus menumpuk dan justru secara perlahan akan menghancurkan bumi, khususnya Indonesia. Produksi dan konsumsi plastik global terus meningkat dari tahun ketahun. Dan ini cukup menjadi masalah lingkungan hidup yang sangat serius bagi masyarakat luas. Berbagai daerah yang “cuek” akan permasalahan sampah juga sudah mulai terancam ekosistemnya.

Nyatanya, menurut Direktur ICEL ( Indonesia Center for Environmental Law) mengatakan bahwa “Indonesia sudah darurat sampah plastik, Indonesia berada di posisi nomor dua setelah Tiongkok sebagai negara penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut. Sehingga dibutuhkan terobosan solusi yang mendorong perbaikan di sektor hulu, produsen,” dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.


Dampak serius yang ditimbulkan oleh kehadiran sampah plastik nantinya cukup menjadi teguran besar yang harusnya menyadarkan semua lapisan masyarakat. Bahkan sebenarnya, sampah plastik menjadi penyebab utama rusaknya ekosistem laut maupun darat,  menurunkan kesuburan tanah, serta menimbulkan bencana banjir yang lama kelamaan akan mengancam kehidupan manusia sendiri. Kerugian demi kerugian akan terus di rasakan masyarakat jika tidak peduli mengenai masalah sampah plastik ini.

www.mongabay.co.id
Menumpuknya sampah plastik yang sulit diuraikan juga berdampak buruk pada hampir semua ekosistem. Seperti ekosistem laut di Indonesia. Tahukah kalian? Indonesia memiliki ekosistem laut yang sangat indah dan luas. Ekosistem laut Indonesia sangat kaya akan hasil lautnya, seperti ikan, udang, kerang, dll. Makhluk hidup yang ada di ekosistem laut kini terancam ekosistemnya karena sampah yang berasal dari daratan, yaitu dari sistem pembuangan sampah yang banyak ditemukan di pesisir pantai. 

Ekosistem darat pun tak luput dirusak oleh keberaadaan sampah yang merajalela. Dalam ekosistem darat, keberadaan sampah akan mengundang organisma tertentu yang menimbulkan perkembangbiakkan tikus, kecoa, lalat, dan lain sebagainya. Perkembangbiakan serangga atau hewan tersebut meningkat tajam dan menghantarkan penyakit yang dapat berujung maut.

Sampah menjadi permasalahan yang cukup serius bagi pemerintah sehingga pemerintah melakukan perbaikan demi perbaikan dalam menangani sampah, karena keberadaan sampah plastik merusak berbagai ekosistem yang ada. Penanggulangan demi penanggulangan terus diupayakan demi mengurangi tumpukan sampah plastik. Namun sebenarnya, permasalahan sampah bukan hanya menjadi permasalahan pemerintah semata, namun juga menjadi permasalahan lingkungan hidup yang sangat serius bagi semua umat manusia.

Masyarakat khususnya di Indonesia harus sadar betapa terancamnya lingkungan hidup oleh karena melonjaknya jumlah sampah plastik yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Sampah plastik juga menarik perhatian pemerintah yang dari tahun ke tahun terus berupaya menyelesaikan masalah yang tak berujung ini. Sampah plastik ini bukan merupakan masalah serius bagi pemerintah, namun menjadi masalah yang serius bagi seluruh lapisan masyarakat.

Masyarakat harus mengubah pandangan dan anggapan tentang sampah plastic yang selalu membawa penyakit dan tidak berguna. Masyarakat harus lebih mencintai lingkungan dengan menjaga keberadaan dan kelestariannya. Begitu juga pemerintah yang mendukung pelestarian lingkungan dengan mengadakan berbagai program yang seharusnya dapat dilakukan dengan mudah oleh semua lapisan masyarakat. 

sumber : https://thegorbalsla.com/daur-ulang/
Salah satu program pemerintah dalam menanggulangi masalah serius ini adalah dengan mengadakan program 3R (reduce, reuse, recycle), membuat UU yang mengatur mengenai kebijakan sampah plastik, penyuluhan demi penyuluhan di berbagai daerah, dan upaya lainnya. Namun sangat disayangkan bahwa program ini dinilai kurang efektif, sementara volume sampah plastik setiap tahun terus meningkat. penanggulangan yang dilakukan tidak sebanding dengan sampah yang terus berangsur-angsur bertambah.

Belum banyak masyarakat Indonesia yang tahu, bahwa sebenarnya sampah plastik merupakan sampah yang dapat menghasilkan uang. jika diolah dengan baik dan benar. maka sampah plastik akan berubah menjadi barang serba guna. Contohnya seperti, tas belanjaan, tikar. hiasan, bunga hias, hingga mainan untuk anak-anak. Dan barang-barang hasil olahan sampah plastik itu menjadi barang yang lebih bernilai.

Sampah plastic dapat menjadi bisnis yang menguntungkan untuk kedepannya, karena peningkatan sampah plastic yang semakin tak terkendali, seharusnya dapat menjadi ladang uang bagi masyarakat yang menaruh perhatian lebih kepada keberadaan sampah. Selain itu, yang sedang terkenal adalah Eco-business, salah satu contoh pengolahan sampah yang terfokus pada pelestarian lingkungan. Pelaku bisnis ini tidak hanya melakukan bisnis, tetapi berbisnis sembari melestarikan lingkugan dan memberdayakan warga yang tinggal disekitar dengan bisnis tersebut.

Kepedulian masyarakat akan lingkungan dan keberadaan sampah plastik, tentunya membuahkan hasil yang bernilai. Sampah tak selalu menjadi bencana, namun dapat mejadi berkah tergantung si pengelola.


Komentar